BATIK TEGALAN

BATIK TEGALAN
Oleh: Mohamad Abidin


  Batik merupakan budaya asli milik bangsa Indonesia yang telah berkembang sejak lama. Kerajinan batik telah berkembang dan tersebar di berbagai wilayah yang ada di tanah air. Batik juga berkembang di sepanjang daerah pesisir bagian utara pulau Jawa. Batik yang berkembang di daerah pesisir ini lantas disebut dengan istilah “batik pesisiran”.
Menurut Harmoko dkk, seperti yang ditulis dalam buku yang berjudul “Indonesia Indah: Batik” pengertian dari batik pesisir adalah batik yang berkembang di luar benteng keraton. Batik ini mengalami pertumbuhan yang berbeda  dengan batik keraton. Beberapa faktor penyebabnya  yakni, pertama-tama bahwa pelaku pembatikan adalah masyarakat biasa yang tidak berinduk pada pakem - pakem batik keraton.
Salah satu daerah yang  turut mengembangkan kerajinan batik pesisiran di tanah air yaitu Tegal. Kegiatan pembatikan di Tegal sendiri sudah berkembang cukup lama, yaitu sejak akhir abad ke-xix. Pewarnaan batiknya saat itu masih menggunakan pewarna alami buatan sendiri yang berasal dari tumbuhan seperti: pace (mengkudu), nila, dan soga kayu. Warna batik Tegal awalnya hanya sogan dan babaran abu-abu, namun setelah dikenal nila pabrik warnanya kemudian meningkat menjadi warna merah-biru. Sedangkan untuk bahan kainnya menggunakan kain tenun buatan sendiri. (Harmoko dkk).
                Masyarakat Tegal pada awalnya membuat batik hanya untuk keperluan keluarga saja. Pada masa lalu kain batik biasa dipakai sebagai pakaian bagian bawah oleh para wanita  (kain tapih) dan sebagai kain selendang yang dipakai untuk mengendong bayi atau mengendong barang bawaan.
            Penggunaan istilah kain panjang dalam strata Jawa dikenal juga dalam bahasa halus nyamping yang berarti kain batik yang dikenakan bangsawan, sedangkan tapih, adalah kain batik folklore yang dikenakan masyarakat biasa (Anshori dan Kusrianto).    Kain batik juga dijadikan sebagai bingkisan atau sumbangan untuk kerabat yang sedang mengadakan hajatan seperti sunatan atau pernikahan. Kegiatan membuat batik bagi mereka hanya untuk mengisi waktu luang disaat mereka tidak ada pekerjaan.
            Batik yang dikerjakan sebagai pekerjaan sambilan sampai sekarang masih berlangsung di dusun-dusun pinggiran kota seperti: Sampang, Bangkalan, Tuban, Tulungagung, Mojokerto, Trenggalek, Pacitan, Wonogiri, Bantul, Banyumas, Indramayu, Tegal, Pekalongan, Rembang, dan sebagainya (Hasanudin).


Proses pewarnaan batik dengan teknik colet
(sumber: Abidin, 2015)


            Pada masa – masa awal, batik yang berkembang di Tegal adalah batik keraton, hal ini karena kegiatan pembatikan pada saat itu di lakukan oleh para pengawal raja Amangkurat I yang mengungsi ke Tegal. Namun dalam perkembangan berikutnya, batik yang berkembang di Tegal adalah batik dengan corak pesisiran. Flora dan fauna serta aktivitas yang terjadi di lingkungan mereka turut menjadi inspirasi dalam motif batik yang mereka buat.
            Batik yang berkembang di Tegal lantas biasa disebut dengan istilah ”Batik Tegalan” oleh masyarakat. Penyebutan istilah “Batik Tegalan” menurut beberapa sumber yaitu mengacu pada kata “Tegal” di mana batik ini berasal dan dibuat. Jadi Istilah “Tegalan” di sini tidak mempunyai makna khusus,  selain hanya untuk menunjuk keberadaan batik yang asli dan khas Tegal. Namun secara harfiah kata “Tegalan”  berarti kebun atau ladang. Menurut sejarah penamaan daerah Tegal sendiri terkait dengan kelahiran daerah ini yaitu di mana saat itu daerah ini masih berupa Tegalan (istilah masyarakat untuk menyebut lahan pertanian yang tidak menggunakan saluran irigasi).
            Batik pesisiran berkembang di beberapa tempat seperti: Jakarta, Indramayu, Cirebon, Tegal, Pekalongan, dan sekitarnya, Kudus, Juwana, Lasem, Tuban, Gresik, Sidoarjo, Madura, dan sejumlah tempat lain. Batik Banyumas, Garut, dan Tasikmalaya juga ikut dimasukan dalam kelompok ini, walaupun tempat-tempat itu terletak di pedalaman. Begitu pula dengan batik Jambi yang dibuat di Sumatera (Ishwara).
             Perubahan corak dan motif batik Tegalan sangat dipengaruhi oleh kehadiran sosok Kardinah di daerah Tegal. Kardinah merupakan adik dari RA Kartini yang pindah ke Tegal karena mengikuti suaminya yang menjadi Bupati Tegal pada masa tahun 1908- 1936.
            Kardinah banyak berjasa untuk masyarakat Tegal, dan salah satu jasa Kardinah yang tidak banyak diketahui oleh orang yaitu membangun Sekolah Kepandaian Putri, untuk gadis pribumi ‘’Wismo Pranowo’’. Di dalam sekolah tersebut, Kardinah selain memberi pelajaran setara dengan Sekolah Pribumi Kelas Dua pada masa pemerintah Belanda, juga memberi pelajaran praktik membatik (Daryono).
Motif batik Tegalan yang dikembangkan oleh Kardinah dipengaruhi oleh batik Lasem, daerah yang berdekatan dengan Jepara (tempat kelahiran Kardinah). Namun demikian batik yang dikembangkan oleh Kardinah berbeda dengan batik Lasem, karena Kardinah lebih suka memberi warna batiknya dengan warna soga dan hitam. Corak inilah yang kemudian dikembangkan di daerah Tegal.
Semangat Kardinah dalam mengangkat keunggulan seni rakyat pribumi saat itu ditunjukan lewat berbagai upaya yang dilakukannya. Dan upaya yang dilakukan Kardinah dalam mengangkat batik Tegalan yaitu dengan memperkenalkan hasil karya batik anak-anak didiknya bukan saja untuk dipakai sendiri tetapi juga untuk dipamerkan.  Tiap tahun suaminya bersama dengan guru-guru Wismo Pranowo menyelenggarakan pasar malam di alun-alun Tegal serta mengadakan pameran pameran di Pekalongan dan Cirebon yang bekerja sama dengan Perkumpulan Kesenian Hindia cabang Tegal  (Daryono).
Sejak saat itu pengrajin batik di Tegal bukan hanya membuat batik untuk keperluan keluarga saja, mereka juga menjadikan batik sebagai barang dagangan. “Batik sebagai mata dagangan diproduksi oleh para wira usaha dan diperdagangkan oleh para pedagang di sepanjang pesisir utara pulau Jawa, Indramayu, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Kudus, Rembang, Lasem, Tuban, Gresik, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, hingga Sidoarjo” (Hasanudin).
Batik Tegalan sudah dikenal berabad lamanya di kota - kota besar di Indonesia. Pada masa lalu Tegal pernah menjadi sentra batik sezaman dengan Pekalongan. Menurut penuturan Ibu Nur Anisa Amini (salah seorang pemerhati sekaligus pelaku usaha batik Tegalan), Tegal pada masa lalu merupakan daerah pemasok batik bagi Pekalongan.
Batik Tegalan waktu itu sudah dipasarkan oleh para pengrajin sampai ke luar daerah, antara lain ke Jawa Barat. Mereka inilah yang menurut sejarah kemudian mengembangkan batik di Tasikmalaya dan Ciamis, di samping pendatang-pandatang lainnya dari kota-kota batik di Jawa Tengah (Wulandari).
Perkembangan batik Tegalan sempat mengalami pasang surut, pada waktu krisis ekonomi melanda dunia kegiatan pembatikan di Tegal ikut lesu dan baru bangkit kembali sekitar tahun 1934. Dan ketika Jepang masuk ke Indonesia pembatikan di daerah Tegal sempat mati lagi, namun kini batik Tegalan tengah bangkit kembali seiring dengan tren batik yang sedang berkembang.
Saat ini berbagai upaya sedang dilakukan untuk mempopulerkan kembali batik khas Tegalan. Salah satunya yaitu seperti yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal yang tengah mengupayakan agar para pembatik melakukan pewarnaan batik dengan menggunakan pewarna alam seperti apa yang pernah dilakukan oleh para pembatik pada masa-masa awal perkembangan batik Tegalan.



Motif batik klasik khasTegalan dengan pewarna alam
(sumber: Abidin, 2015)

Upaya lain yang dilakukan agar batik Tegalan lebih diminati oleh masyarakat yaitu dengan membuat bentuk kemasan untuk batik Tegalan. Bentuk kemasan yang sedang dikembangkan tersebut diantaranya yaitu dengan membuat kemasan yang berasal dari kedebong pisang kering yang telah diolah menjadi bentuk kemasan yang menarik dan unik.
Pemda juga aktif dalam upaya melestarikan dan mempopulerkan batik Tegalan yaitu dengan cara mewajibkan para pegawainya pada setiap hari kamis untuk memakai baju batik khas Tegalan. Pemda juga  melakukan pelatihan membatik dan mengirimkan pembatik-pembatik muda dari Tegal untuk mengikuti lomba pembuatan batik serta ikut dalam acara pameran baik yang berskala nasional ataupun daerah.
Menurut Ibu Anisa Amini, motif batik Tegalan jumlahnya mencapai ratusan, motif - motif batik tersebut diantaranya seperti:
1.      Motif Beras Mawur
Motif Beras Mawur
(sumber: Abidin, 2015)

2.      Motif Glodahan
Motif Glodahan
(sumber: Abidin, 2015)

3.      Motif Tambangan


Motif Tambangan
(sumber: Abidin, 2015)

4.      Motif Belah Ketupat


Motif Belah Ketupat
(sumber: Abidin, 2015)

5.      Motif Dlorongan


Motif Dlorongan
(sumber: Abidin, 2015)

6.      Motif Kapal Kandas


Motif Kapal Kandas
(sumber: dokumentasi peneliti, 2015)

7.      Motif Sido Asih


Motif Sido Asih
(sumber: Abidin, 2015)

8.      Motif Gunung Ringgit


Motif Gunung Ringgit
(sumber: Abidin, 2015)

9.      Motif Lolak Batu


Motif Lolak Batu
(sumber: Abidin, 2015)

10.  Motif Galaran


Motif Galaran
(sumber: Abidin, 2015)

Aktivitas usaha batik tulis Tegalan mengelompok dalam sentra industri kecil_menengah dan tersebar di beberapa tempat. Untuk Kabupaten Tegal sentra batik tulis terdapat dibeberapa wilayah Kecamatan diantaranya yaitu:  Desa Dukuhsalam (Kecamatan Slawi), Desa Sindang (Kecamatan Dukuhwaru), Desa Pangkah (Kecamatan Pangkah), Desa Pagiyanten dan Penarukan (Kecamatan Adiwerna), Desa Talang, Bengle, Langgen, Pasangan, dan Gembong Kulon (Kecamatan Talang) (Pemda Kabupaten Tegal).

Referensi:
Anshori, Yusak dan Adi Kusrianto, 2011. Keeksotisan Batik Jawa Timur. Jakarta: Elex Media Komputindo (kelompok gramedia).

Harmoko, dkk. 1997. Indonesia Indah: Batik. Jakarta: Yayasan Harapan Kita.

Hasanudin. 2001. Batik Pesisiran: Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri Pada Ragam Hias Batik. Cetakan I. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Ishwara, Helen, L.R. Supriyanto Yahya, dan Xenia Moeis.  2011. Batik Pesisir Pusaka Indonesia. Cetakan kedua. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Pemda Kabupaten Tegal. Buku Profil Kabupaten Tegal: Spirit Tegal Membangun. Slawi: Bagian Humas Setda Kabupaten Tegal.

Wulandari, Ari, 2011. Batik Nusantara: Makna Filosofi, Cara Pembuatan, Dan Industri Batik. Yogyakarta: ANDI

Daryono, Yono. 2009. Semangat Kardinah Untuk Batik Tegal. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/07/22/73377/Semangat.Kardinah.untuk.Batik.Tegal, diakses pada 22 November 2014.








Komentar

  1. dimana saya bisa mendapatkan buku itu?

    BalasHapus
  2. Tambhahan pengetahuan tentng budaya sendiri..yg sebagian besar org tegal sendiri..tdk mengetahuinya..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAYT AL-QUR’AN & MUSEUM ISTIQLAL TMII

CINTA LINGKUNGAN